Image: source |
Sebagian orang ada yang phobia ketika dengar
kata-kata hutang, mereka takut dan tak mau berurusan dengan yang namanya “Galih
Lobang Tutup Lobang”. Tapi sebagian yang lain malah sebaliknya, hutang malah
dijadikan hobi, kalau tidak hutang tak lengkap rasanya hidup ini
Apa Sih Hutang Itu?
hutang, selalu identik dengan uang atau lebih Sederhananya tepatnya
meminjam uang. Namun, pengertian hutang sebenarnya tidak melulu berhubungan
dengan uang, tetapi mengandung arti yang lebih luas, hingga istilah utang tidak
hanya diikuti oleh kata uang saja, namun dapat dikuti kata yang lain misalnya
utang budi, utang nyawa. Namun yang kita bicarakan saat ini hutang yang
berhubungan dengan uang.
Terdapat dua unsur dalam berhutang, pertama uang yang
dipinjam dari orang lain dan yang kedua Kewajiban untuk membayar kembali apa yang sudah
diterima.
Dan kita juga harus faham kalau ada dua jenis hutang, yaitu :
1. Hutang Produktif
Ketika Anda berhutang untuk membeli sebuah barang, lalu
dijadikan modal untuk menciptakan penghasilan, maka inilah yang disebut hutang
produktif. Istilah kerennya Anda membeli aset kemudian menggunakan aset
tersebut untuk menghasilkan nilai tambah.
Contohnya, Seorang tukang ojek yang berhutang untuk membeli
motor dapat dikategorikan hutang produktif karena dengan motor itu dia bisa
mencari nafkah. Hutang untuk membeli angkot lalu dipergunakan untuk menarik
penumpang juga bernilai produktif.
2. Hutang Konsumtif
Berbeda dengan hutang produktif, maka hutang yang tidak
produktif tidak menghasilkan apa-apa. Bahkan setelah Anda berhutang timbul
beban baru atas barang yang dibeli. Hutang ini disebut juga hutang konsumtif.
Kita berhutang untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang nilainya terus
berkurang karena dipakai atau menambah biaya baru dalam pemakaiannya. Contoh
sederhana berhutang untuk membeli TV baru. Ini adalah barang konsumtif yang
Anda tidak bisa mendapatkan penghasilan karena memilikinya. Dan nilai barang
tersebut akan terus turun seiring dengan berjalannya waktu.
Tips Berhutang
Agar anda tidak mengalami kebangkrutan pasca berhutang
perhatikanlah beberapa hal berikut ini:
1. Perhatikan rasio hutang dengan penghasilan
Sebagai patokan, jangan sampai kita berhutang lebih dari 35%
dari penghasilan utama keluarga (suami atau isteri), bukan penghasilan
gabungan. Andai angka rasio diatas itu, hati-hati anda masuk dalam kategori
berbahaya dan berpeluang mengalami kebangkrutan.
Semisal, suami memiliki penghasilan perbulan Rp 10 juta dan
Istri Rp 5 juta. Maka jumlah hutang yang boleh diambil adalah
10 juta x 35% = 3,5 juta
Dan alasan mengapa penghasilan tidak digabung (Suami dan
Istri), karena ini merupakan bentuk dari Manajemen Resiko, tujuannya untuk
menjaga jika salah satu penghasilan berhenti.
2. Perhatikan rasio total hutang terhadap total aset.
Hitung dengan seksama nilai asset kita, jangan sekali-kali
hutang melebihi dari aset, hal ini nantinya
berdampak pada kesulitan dalam pembayaran tagihan
Contohnya, katakanlah total hutang 30 juta dan total aset 50
juta, maka rasionya adalah :
DER = hutang/Aset = 30 juta/50 juta = 0,6
Rasio ini berarti bahwa terdapat 600 ribu total hutang dalam
setiap satu juta total aset. Semakin rendah rasio semakin baik karena akan
lebih baik jika Anda tidak terlalu banyak memiliki hutang terutama hutang
nonproduktif. Jumlah hutang yang lebih sedikit juga akan lebih baik terutama
bila aset yang dimiliki memiliki nilai pasar yang sangat berfluktuasi.
3. Perhatikan rasio penghasilan bersih terhadap pembayaran
hutang
Penghasilan bersih ini memegang peranan vital sebagai
pengendali sirkulasi hutang.
Katakanlah, penghasilan bersih sebesar Rp 40 juta dan
pembayaran hutang (pokok dan bunga) Rp 10 juta maka rasionya adalah :
Penghasilan bersih/pembayaran hutang = Rp 40 juta/Rp 10 juta
= 4
Ada Rp 4 juta penghasilan bersih bulanan untuk setiap Rp 1
juta kebutuhan pembayaran hutang (pokok dan bunga). Rasio yang tinggi
menunjukan kekuatan membayar hutang yang lebih baik. Secara umum rasio minimal
harus 2.
Jadi, hitunglah sedetail mungkin berbagai
kemungkinan-kemungkinan dari yang terbaik hingga terburuk, ini sebagai bentuk
kehati-hati kita akan tidak tertinpa kebangkrutan selepas berhutang.
0 comments:
Post a Comment